Ini adalah makalah tafsir tarbawi yang di buat oleh Novi Nurcahyani dan Mutiah....moga bermanfaat ya.......
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum, Wr.Wb
Puji
dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. atas berkah, rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan revisi makalah Tafsir Tarbawi
yang berjudul “Subjek Pendidikan dalam Al-Qur’an ” ini dengan baik. Shalawat serta
salam tak lupa kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang menuntun umat dari
alam gelap gulita menuju alam terang benderang.
Kami
sangat berterima kasih kepada Dosen Pembimbing mata kuliah ini, karena telah
mempercayakan makalah ini untuk kami revisi sehingga dapat menambah pengetahuan
kami dalam hal subjek pendidikan. Adapun isi dari
makalah yang kami buat ini dikutip dari beberapa buku ataupun juga situs-situs
internet yang berhubungan dengan
pembahasan materi makalah ini. Namun, kami sangat menyadari bahwa
makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna memperbaiki dan meningkatkan
kualitas dari makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat dan dapat
kita laksanakan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Wassalamu’alaikum, Wr.Wb
Palangka Raya, Januari 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR.............................................................................................
|
1
|
|
DAFTAR ISI............................................................................................................
|
2
|
|
|
||
BAB I
|
PENDAHULUAN……………………………….............................
|
3
|
A. LATAR
BELAKANG……………………............................
B. RUMUSAN
MASALAH…………........................................
C. TUJUAN
PENULISAN……………………..........................
|
3
3
3
|
|
BAB II
|
SUBJEK
PENDIDIKAN DALAM AL-QUR’AN..........................
|
4
|
A. PENGERTIAN
SUBJEK PENDIDIKAN…………………..
B. SUBJEK PENDIDIKAN DALAM
AL-QUR’AN.................
1. QS. AR-RAHMAN :
1-4....................................……….
2. QS.AL-KAHFI :
66....................................................….
3. QS. AN-NAHL :
43-44....................................................
4. QS. AN-NAJM :
5-6........................................................
|
4
4
5
7
8
12
|
|
BAB III
|
PENUTUP……………………………………….............................
|
16
|
A.
KESIMPULAN……………………………...........................
|
16
|
|
DAFTAR PUSTAKA………………………………………..................................
|
17
|
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Kita sebagai umat beragama, Islam, tentunya mempunyai pedoman
hidup sesuai perintah Allah SWT yaitu Al-Qur’an. Dalam pedoman tersebut
terdapat aturan-aturan yang harus kita laksanakan dan larangan-larangan yang
harus kita tinggalkan. Al-qur’an adalah sumber hukum islam yang pertama bagi
umat muslim.
Kehidupan kita tidak terlepas dari pendidikan. Pendidikan sangat
penting bagi kita umat Islam. Sebagai seorang calon pendidik, tentunya kita
diharapkan menjadi seorang pendidik yang profesional. Dalam Al –Qur’an telah
dijelaskan bagaimana menjadi guru yang baik dan profeional. Dengan demikian
kita akan dapat bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan ajaran islam. Selain
kita mendapatkan rizqi kita juga akan mendapatkan berkah dan ridhonya dari
Allah SWT. Pada bab selanjutnya akan dibahas lebih detail tentang subjek
pendidikan menurut Al-Qur’an.
B. RUMUSAN MASALAH
Tafsir adalah Ilmu yang mempelajari penjabaran tentang makna dan
kandungan Al-Qur’an dan merupakan salah satu pembelajaran yang kita perlukan
dalam memahami isi Al-Qur’an. Ilmu ini bertujuan agar kita tidak melakukan
kesalahan dalam melaksanakan perintah Allah serta menjauhi larangannya. Untuk
membatasi pembahasan dalam tulisan yang sederhana ini sekaligus untuk
menyamakan pola pikir kita, maka dalam tulisan ini dirumuskan permasalahan –
permasalahan sebagai berikut:
1. Apa
pengertian subjek pendidikan?
2. Bagaimana
pandangan Al-Qur’an terhadap subjek pendidikan?
C.
TUJUAN PENULIASAN
Tujuan
penulisan makalah ini adalah :
1.
Memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi.
2.
Memberikan referensi dan pengetahuan
bagi penulis dan pembaca tentang subjek pendidikan dalam Al-Qur’an.
BAB II
SUBJEK PENDIDIKAN DALAM AL-QUR’AN
A. PENGERTIAN SUBJEK PENDIDIKAN
Subjek pendidikan sangat berpengaruh sekali kepada
keberhasilan atau gagalnya pendidikan.
Subjek pendidikan adalah orang ataupun kelompok yang bertanggung jawab dalam
memberikan pendidikan, sehingga materi yang diajarkan atau yang disampaikan
dapat dipahami oleh objek pendidikan. Subjek pendidikan yang dipahami kebanyakan para ahli
pendidikan adalah Orang tua, guru-guru di institusi formal (disekolah) maupun
non formal dan lingkungan masyarakat, sedangkan pendidikan pertama ( tarbiyatul
awwal) yang kita pahami selama ini adalah rumah tangga (orang tua). Sebagai
seorang muslim kita harus menyatakan bahwa pendidik pertama manusia adalah
Allah yang kedua adalah Rasulullah.[1]
Sebagaimana dapat kita lihat dalam surat al-‘Alaq : 4-5.
الَّØ°ِÙŠ عَÙ„َّÙ…َ
بِالْÙ‚َÙ„َÙ…ِ. عَÙ„َّÙ…َ الإنْسَانَ
Ù…َا Ù„َÙ…ْ ÙŠَعْÙ„َÙ…ْ
Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya[2]
Dari penjelasan di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa
subjek pendidikan adalah seseorang atau sesuatu yang telah mengajarkan kita
ilmu. Seseorang ini bukan hanya seorang guru tapi siapapun atau apapun yang
dapat mengajari kita. Pendidikan yang pertama kali terjadi dalam ruang lingkup
yang sangat sederhana yaitu keluarga. Subjek pendidikannya adalah orang tua,
terutama ibu. Kita dapat memperoleh ilmu dari mana saja, seperti lingkungan, masyarakat,
alam, dan semua ciptaan Allah SWT.
B.
SUBJEK PENDIDIKAN DALAM AL-QUR’AN
Al-Qur’an memuat segala hal untuk mengatur hidup
kita, termasuk masalah pendidikan. Dalam pendidikan tentunya ada yang namanya
subjek pendidikan. Dalam bahasan di bawah ini akan diuraikan beberapa dalil
tentang subjek pendidikan dalam Al- Qur’an, di antaranya:
1.
QS. Ar – Rahman : 1 – 4
ٲﻟرَﺣ۟ﻤٰﻦُ Û± ﻋَï» َّﻢَٲﻟ۟ﻘُﺮ۟Ø¡َانَ Ù¢
ﺧَï» َï»–َٲﻹِ۟ﻧ۟ﺴٰﻦَ Ù£ ﻋَï» َّﻤَﻪُٲﻟَ۟ﺒَï»´َﺎنَ Ù¤
a.
Kosa
Kata
ٲﻟرَﺣ۟ﻤٰﻦُ = ( Allah) Yang Maha Pemurah
ﻋَï» َّﻢَ = Dia telah mengajarkan
ٲﻟ۟ﻘُﺮ۟Ø¡َانَ = Al –Qur’an
ﺧَï» َï»– = Dia telah menciptakan
ٲﻹِ۟ﻧ۟ﺴٰﻦ = manusia
ﻋَï» َّﻤَﻪُ = Dia mengajarkannya
ٲﻟَ۟ﺒَï»´َﺎنَ = jelas (berbicara)
(Allah) yang Maha
Pengasih. Yang telah mengajarkan Al-Qur’an. Dia menciptakan manusia.
Mengajarnya pandai berbicara.
b.
Penjelasan
Firman Allah SWT ٲﻟرَﺣ۟ﻤٰﻦُ (Allah) yang Maha Pengasih ﻋَï» َّﻢَٲﻟ۟ﻘُﺮ۟Ø¡َانَ Yang telah mengajarkan Al-Qur’an. Maksudnya yaitu
yang telah mengajarkan kepada Nabi-Nya hingga dia dapat menyampaikan kepada
seluruh manusia. Surah ini diturunkan ketika orang-orang bertanya, “ apa ٲﻟرَﺣ۟ﻤٰﻦُ itu?”. Ada juga
yang mengatakan bahwa surah ini turun sebagai bantahan atas penduduk Makkah
ketika mereka berkata, “Sesungguhnya yang mengajarinya (Muhammad) adalah
manusia, yaitu orang Yamamah Yang bernama Rahman.” Yang mereka maksudkan adalah
Musailamah Al Kadzdzab (si pembohong). Allah SWT pun menurunkan firman-Nya, ٲﻟرَﺣ۟ﻤٰﻦُ ﻋَï» َّﻢَٲﻟ۟ﻘُﺮ۟Ø¡َانَ (Allah) yang Maha Pengasih. Yang telah mengajarkan Al-Qur’an.”[3]
Az-Zajjaj berkata, “makna firman Allah
SWT ﻋَï» َّﻢَٲﻟ۟ﻘُﺮ۟Ø¡َانَ adalah Dia memudahkan Al-Qur’an untuk diingat dan dibaca.
Sebagaimana Dia berfirman, ï»®َﻟَﻘَﺪ۟ﻳَﺴَّﺮ۟ﻧَﺎٲﻟ۟ﻘُﺮ۟Ø¡َانَﻟِï» ïº¬ِّﻜ۟ﺮِ “dan sesungguhnyatelah kami mudahkan
Al-Qur’an untuk pelajaran”.[4]
Firman Allah SWT, ﺧَï» َï»–َٲﻹِ۟ﻧ۟ﺴٰﻦَ “Dia menciptakan
manusia”. Ibnu Abbas RA,Qatadah dan Hasan berkata,”maksudnya adalah Adam”.
Firman Allah, ﻋَï» َّﻤَﻪُٲﻟَ۟ﺒَï»´َﺎنَ “Mengajarnya
pandai berbicara” maksudnya mengajarkan nama-nama segala sesuatu. Ada juga yang
mengatakan bahwa maksudnya adalah mengajarkan bahasa seluruhnya. Diriwayatkan
dari Ibnu Abbas RA juga dan Ibnu Kaisan bahwa maksud ﻹِ۟ﻧ۟ﺴٰﻦَ disini adalah Muhammad SAW dan maksud ٲﻟَ۟ﺒَï»´َﺎن adalah kejelasan
yang halal dan yang haram dan petunjuk dari kesesatan.
Ada lagi yang mengatakan bahwa maksud ﻹِ۟ﻧ۟ﺴٰﻦَ
adalah
seluruh manusia. Artinya itu adalah nama bagi jenis, sementara maksud ﻟَ۟ﺒَï»´َﺎن
berdasarkan pendapat ini adalah bicara dan paham. Ini termasuk hal yang
menjadikan manusia lebih utama dari seluruh makhluk hidup.[5]
c.
Nilai Pendidikan
Dari
surat Ar-Rahman ayat 1-4 kita dapat mengetahui beberapa nilai pendidikan yang
terkandung di dalamnya, yaitu dikatakan bahwa Allah telah mengajarkan Al-Qur’an
kepada manusia, sehingga manusia tersebut menjadi pandai dalam berbicara,
maksudnya, ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan oleh Allah kepada manusia itu
bertujuan untuk memberi pedoman kepada manusia agar manusia itu dapat memahami
isi serta maknanya, sehingga manusia dapat bertingkah laku yang sesuai dengan
pedomannya yaitu Al-Qur’an.
Dalam
kegiatan pembelajaran kita dapat mengartikan seorang guru yang mengajarkan
suatu ilmu kepada muridnya agar dapat dipahami apa yang diberikan oleh gurunya
tersebut. Sehingga ketika seorang guru memberikan evaluasi kepada muridnya
tentang pelajaran yang telah diberikan tersebut, maka muridnyapun akan dapat
menjawab dan mengerjakannya dengan baik dan benar. Sehingga murid tersebut menjadi
pandai dengan ilmu yang telah diberikan oleh gurunya.
2.
QS. An – Najm : 5 – 6
ﻋَï» َّﻪُ ﻤَﺷَﺪِﻳ۟ﺪُ اﻟ۟ﻘُï»®َï»°Ù¥
Ø°ُÙˆ۟ﻣِﺮَّØ©ٍۗﻓَﺴ۟ﺘَï»®َی٦
a. Kosa Kata
ﻋَï» َّﻪُ = mengajarkan kepadanya
ﻤَﺷَﺪِﻳ۟ﺪ = (Jibril) yang sangat
اﻟ۟ﻘُï»®َï»° = kuat
Ø°ُÙˆ۟ﻣِﺮَّØ©ٍۗ =
mempunyai kekuatan
ﻓَﺴ۟ﺘَï»®َÛŒ = lalu dia cukup sempurna
Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat. Yang
mempunyai keteguhan, maka (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli
(rupa yang bagus dan perkasa).
b. Penjelasan
Surat
An-Najm ayat 5-6 menjelaskan bahwa yang menyampaikan wahyu kepada Nabi Muhammad
SAW. adalah malaikat Jibril yang mana diberi potensi aqliyah yang sempurna. Kemudian dia (Jibril)
juga menampakkan diri dengan rupa yang asli dan tampl sempurna. Dan dalam surat
ini juga menjelaskan bahwa subjek pendidikan adalah malaikat Jibril yang mana
punya potensi yang kuat dalam menerima wahyu-wahyu Allah untuk disampaikan
kepada Nabi Muhammad SAW.[6]
Pada
surat An-Najm ayat 5-6 ditegaskan klasifikasi seorang pendidik atau siapa saja
yang berkompeten menjadi subjek pendidikan, yakni seperti yang tersurat dalam
ayat ini adalah seperti halnya seorang malaikat Jibril yang mana beliau
digambarkan sebagai berikut :
·
Sangat kuat, maksudnya
memiliki fisik dan psikis yang matang dan mampu memecahkan masalah.
·
Mempunyai akal yang
cerdas, yakni seorang pendidik haruslah memiliki akal yang mumpuni dalam
mengajarkan apa yang diajarkannya sebagai subyek pendidikan.
·
Menampakkan dengan rupanya
yang asli, yakni seorang subyek pendidikan hendaklah bersikap wajar yang tidak
melebih-lebihkan segala sesuatu baik dirinya maupun apa yang dilakoninya dalam
bidangnya.[7]
c. Nilai Pendidikan
Berdasarkan
penjelasan di atas kita dapat menyimpulkan bahwa sebagai subjek pendidikan kita
harus:
· Dapat menjadi model dan teladan bagi murid-murid kelak.
· Menguasai materi yang akan diajarkan.
· Bersikap sewajarnya seorang guru tanpa ada sesuatu yang
menyimpang.
3.
QS. An – Nahl : 41 – 43
Ùˆَٲﻟََّﺬِﻳ۟ﻦَﻫَﺎﺟَﺮُوٲﻓِﻰٲﷲِﻣِﻨ۟ﺒَﻌ۟ﺪِﻣَﺎﻇُï» ِﻤُï»®۟ٲﻟَﻨُﺒَï»®ِّﺋَﻨَّﻬُﻢ۟ﻓِﻰﻟﺪُّﻧ۟ï»´َﺎﺣَﺴَﻨَﺔًۖÙˆَï»·ََﺟ۟ﺮُٲﻷَ۟ﺧِﺮَÛƒِØ£َï»›۟ﺒَﺮُۚﻟَï»®۟ï»›ََﺎﻧﻧُï»®۟ٲﻳَﻌ۟ï» َﻤُï»®Ù†َ٤١
ٲﻟَّﺬِﻳ۟ﻦﺻَﺒَﺮُ۟Ùˆ۟ٲوَﻋَﻞَٰرَﺑِّﻬِﻢ۟ﻳَﺘَï»®ََï»›َّï» ُï»®۟Ù†َ٤٢
Ùˆَﻣَﺎأَر۟ﺳَï» ۟ﻨَﺎﻣِﻦ۟ï»—َﺒ۟ï» ِﻚَØ¥ِï»»َّرِﺟَﺎﻻًﻧُّï»®۟ﺣِï»°ۤØ¥ِﻟَï»´۟ﻬِﻢ۟ۚﻓَﺴ۟ﺌَï» ُï»®۟ۤï‘Ø£َﻫ۟ﻞَï‘ﻟﺬِّï»›۟ﺮِØ¥ِÙ†۟ï»›ُﻨ۟ﺘُﻢ۟ï»»َﺗَﻌ۟ï» َﻤُï»®۟Ù†َ٤٣
a. Kosa Kata
Ùˆَٲﻟََّﺬِﻳ۟ﻦ = dan orang-orang yang
ﻫَﺎﺟَﺮُÙˆ = berhijrah
ﻓِﻰٲﷲ = karena Allah
ﻣِﻨ۟ﺒَﻌ۟ﺪِﻣَﺎ = setelah
ﻇُï» ِﻤُï»®۟ = mereka dizhalimi
ﻟَﻨُﺒَï»®ِّﺋَﻨَّﻬُﻢ = pasti
Kami tempatkan mereka
ﻓِﻰﻟﺪُّﻧ۟ï»´َﺎ = di dunia
ﺣَﺴَﻨَﺔًۖ = kebaikan ( rezeki yang
baik)
Ùˆَï»·ََﺟ۟ﺮُ = dan sungguh pahala
ٲﻷَ۟ﺧِﺮَÛƒِ = akhirat
Ø£َï»›۟ﺒَﺮ = lebih besar
ﻟَï»®۟ = jika
ï»›ََﺎﻧﻧُï»® = mereka
ﻳَﻌ۟ï» َﻤُï»®Ù†َ = mengetahui
ٲﻟَّﺬِﻳ۟ﻦ = orang-orang yang
ﺻَﺒَﺮُ۟Ùˆ = bersabar
Ùˆَﻋَﻞَٰرَﺑِّﻬِﻢ = dan kepada Tuhan mereka
ﻳَﺘَï»®ََï»›َّï» ُï»®۟Ù†َ = mereka bertawakal
Ùˆَﻣَﺎ = dan tidak
Ø£َر۟ﺳَï» ۟ﻨَﺎ = Kami mengutus
ﻣِﻦ۟ï»—َﺒ۟ï» ِﻚ = sebelummu
Ø¥ِï»» = kecuali
رِﺟَﺎﻻ = orang laki-laki
ﻧُّï»®۟ﺣِï»°ۤ = Kami beri wahyu
Ø¥ِﻟَï»´۟ﻬِﻢ = kepada mereka
ﻓَﺴ۟ﺌَï» ُï»®۟ۤï‘ = maka tanyakanlah
Ø£َﻫ۟ﻞ = ahli
ï‘ﻟﺬِّï»›۟ﺮ = pengetahuan
Ø¥ِÙ†۟ = jika
ï»›ُﻨ۟ﺘُﻢ = kalian
ï»»َﺗَﻌ۟ï» َﻤُï»®۟Ù† = tidak mengetahui
Dan orang yang berhijrah karena Allah
setelah mereka dizalimi, pasti Kami akan memberikan tempat yang baik kepada
mereka di dunia. Dan pahala di akhirat pasti lebih besar, sekiranya mereka
mengetahui. (yaitu) orang yang sabar dan hanya kepada Allah mereka bertawakal.
Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad), melainkan orang laki-laki
yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang
mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.
b. Penjelasan
Firman-Nya:
Ùˆَٲﻟََّﺬِﻳ۟ﻦَﻫَﺎﺟَﺮُوٲﻓِﻰٲﷲِﻣِﻨ۟ﺒَﻌ۟ﺪِﻣَﺎﻇُï» ِﻤُï»®۟ٲﻟَﻨُﺒَï»®ِّﺋَﻨَّﻬُﻢ۟ﻓِﻰﻟﺪُّﻧ۟ï»´َﺎﺣَﺴَﻨَﺔً(Dan orang yang berhijrah karena Allah
setelah mereka dizalimi, pasti Kami akan memberikan tempat yang baik kepada
mereka di dunia). Maksudnya adalah Allah SWT
berfirman, “orang-orang yang meninggalkan kaum mereka,rumah mereka, dan negeri
mereka karena memusuhi mereka di jalan Allah(hijrah) menuju kaum, rumah, dan
negeri lain...”. Lafadz ِﻣِﻨ۟ﺒَﻌ۟ﺪِﻣَﺎﻇُï» ِﻤُï»® ”pasti kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di
dunia”, maksudnya adalah Kami pasti
menempatkan mereka di dunia ditempat yang baik dan mereka sukai.[8] Kata ۟ٲﻟَﻨُﺒَï»®ِّﺋَﻨَّﻬُﻢ۟ “kami pasti memberikan kediaman bagi mereka”[9]
Bisyr
menceritakan kepada kami, ia berkata: Yazid menceritakan kepada kami, sa’id
menceritaka kepada kami dari Qatadah tentang firman Allah Ùˆَٲﻟََّﺬِﻳ۟ﻦَﻫَﺎﺟَﺮُوٲﻓِﻰٲﷲِﻣِﻨ۟ﺒَﻌ۟ﺪِﻣَﺎﻇُï» ِﻤُï»®۟(Dan orang yang berhijrah karena Allah
setelah mereka dizalimi) ia berkata, “mereka
adalah para sahabat Muhammad SAW yang di aniaya oleh penduduk Makkah dan
diusir, hingga satu kelompok diantara mereka hijrah ke Habsyah. Kemudian
sesudah itu Allah menyediakan bagi mereka tempat di Madinah dan menjadika
sebagai negeri hijrah, serta memberi mereka para penolongorang-orang mukmin”.
Pendapat yang paling mendekati kebenaran adalah yang mengatakan bahwa makna ٲﻟَﻨُﺒَï»®ِّﺋَﻨَّﻬُﻢ۟ adalah, kami pasti
memberi tempat kepada mereka, karena kata ini dalam bahasa Arab berarti
mendiami suatu tempat. Sebagaimana firman Allah ï»®َﻟََﻘَﺪ۟ﺑﻮَّØ£۟ﻧَﺎﺑَﻨِï»°Ø¥ِﺳ۟ﺮٰۤءﻳ۟ﻞَﻣُﺒَï»®َّØ£َﺻِﺪ۟Ù‚”dan sesungguhnya Kami telah menempatkan bani Isra’il di tempat
kediaman yang bagus.”[10]
Frman
Allah: ٲﻟَّﺬِﻳ۟ﻦﺻَﺒَﺮُ۟Ùˆ۟ٲوَﻋَﻞَٰرَﺑِّﻬِﻢ۟ﻳَﺘَï»®ََï»›َّï» ُï»®۟Ù†َ٤٢ “(yaitu) orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan mereka
bertawakkal”. Maksud firman tersebut
ialah Allah SWT berfirman, “mereka yang kami sebutkan sifat-sifatnya dan Kami
beri pahala--- yang Kami paparkan itu adalah orang-orang yang sabar di jalan
Allah atas semua kejadian yang menimpa mereka di dunia. Hanya kepada Allah
mereka percaya dalam menjalankan perkara-perkara mereka, dan hanya kepada Allah
mereka bersandar dalam menghadapi berbagai kesulitan.
Firman
Allah Ùˆَﻣَﺎأَر۟ﺳَï» ۟ﻨَﺎﻣِﻦ۟ï»—َﺒ۟ï» ِﻚَØ¥ِï»»َّرِﺟَﺎﻻًﻧُّï»®۟ﺣِï»°ۤØ¥ِﻟَï»´۟ﻬِﻢ۟ۚﻓَﺴ۟ﺌَï» ُï»®۟ۤï‘Ø£َﻫ۟ﻞَï‘ﻟﺬِّï»›۟ﺮِØ¥ِÙ†۟ï»›ُﻨ۟ﺘُﻢ۟ï»»َﺗَﻌ۟ï» َﻤُï»®۟Ù†َ “(Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau
(Muhammad), melainkan orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka
bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak
mengetahui”. Maksud firman tersebut
ialah Allah berfirman kepada Nabi Muhammad SAW, “Kami tidak mengutus
sebelummu,wahai Muhammad, kepada suatu kaum untuk mengajak mereka mengesakan
Kami dan mematuhi perintah serta larangan kami, melainkan beberapa orang
laki-laki dari anak Adam yang kami beri wahyu, bukan malaikat. Tegasnya, Kami
tidak mengutus Rasul kepada kaummu melainkan seperti Rasul yang Kami utus
kepada umat-umat sebelum mereka, yaitu dari jenis mereka. ﻓَﺴ۟ﺌَï» ُï»®۟ۤï‘Ø£َﻫ۟ﻞَï‘ﻟﺬِّï»›۟ﺮ “maka bertanyalah kepada orang yang
mempunyai pengetahuan”. Disini Allah berfirman kepada orang-orang musyrik
Quraisy, “jika kalian tidak mengetahui bahwa orang-orang yang kami utus kepada
umat-umat sebelum kalian itu adalah laki-laki dari anak Adam, seperti Muhammad,
tetapi kalian mengatakan bahwa mereka adalah malaikat, kalian mengira Allah
berbicara kepada mereka melalui para
malaikat, maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan, yaitu yang
membaca kitab-kitab sebelum mereka (taurat dan Injil) serta kitab-kitab Allah
lainnya yang diturunkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya.”[11]
c. Nilai Pendidikan
Berdasarkan
penjelasan di atas dalam surah An-Nahl ayat 41-43 ada beberapa nilai pendidikan
yang terkandung di dalamnya diantaranya:
1.
Dalam dunia pendidikan
kita dituntut untuk berusaha mencari tahu apa yang kita pelajari, sehingga kita
dapat memahami hal tersebut. Dalam surah ini menjelaskan bahwa kita
diperintahkan untuk bertanya kepada orang yang lebih tahu atau lebih pintar
dari diri kita, dengan demikian kita akan dapat memahami sebuah ilmu tidak
hanya dengan pemahaman sepihak dari diri kira sendiri, melainkan penjelasan
atau pemaparan yang kita dapatkan dari orang lain. Orang lain tersebut bisa
kita jadikan sebagai guru, dan guru itulah yang berperan sebagai subjek
pendidikan, karena gurulah yang akan memberi pemahaman kepada kita tentang
suatu hal yang tidak kita ketahui.
2.
Dalam surah ini juga
mengajarkan kita untuk bersabar, termasuk dalam hal pendidikan yaitu kita
bersabar dalam menuntut ilmu. Menuntut ilmu itu tidak membutuhkan waktu yang
sebentar, melainkan dalam waktu yang lama karena semua itu ada prosesnya. Oleh
karena itu, kita diajarkan untuk bersabar dalam menuntut ilmu.
4.
QS. Al – Kahfi : 66
ï»—َﺎلَﻟَﻪُﻣُï»®۟ﺳَﻰﻫَﻞ۟Ø£َﺗَّﺒِﻌُﻚَﻋَﻞَØ£َÙ†۟ﺗُﻌَï» ِّﻤَﻦِﻣِﻤَّﺎﻋُï» ّﻤ۟ﺖّرُﺷ۟ﺪً٦٦
a. Kosa Kata
ï»—َﺎلَ = (Musa) berkata
ﻟَﻪ = kepadanya (Khidir)
ﻣُï»®۟ﺳَï»° = Musa
ﻫَﻞ = apakah(bolehkah)
Ø£َﺗَّﺒِﻌُﻚ = aku
mengikutimu
ﻋَﻞ = ke (supaya)
Ø£َÙ†۟ = agar
ﺗُﻌَï» ِّﻤَﻦ = engkau
mengajarkan kepadaku
ﻣِﻤَّﺎ = sebagian
ﻋُï» ّﻤ۟ﺖ =
yang diajarkan kepadamu
رُﺷ۟ﺪ
= petunjuk
Musa
berkata kepadanya, “bolehkah aku mengikutimu supaya engkau mengajarkan kepadaku
sebagian dari apa yang telah diajarkan kepadamu untuk menjadi petunjuk?”
b. Penjelasan
Kata (Ø£َﺗَّﺒِﻌُﻚ ) attabi’uka
asalnya adalah ( اَﺗ۟ﺒَﻌُﻚ ) atba’uka dari kata ( ﺗَﺒِﻊَ ) tabi’a yakni mengikuti. Penambahan huruf ( ﺗ ) ta’ pada kata attabi’uka mengandung makna kesungguhan dalam upaya mengikuti itu.
Memang demikianlah seharusnya seorang pelajar, harus bertekad untuk bersungguh
– sungguh mencurahkan perhatian bahkan tenaganya, terhadap apa yang akan
dipelajarinya.[12]
Berdasarklan
penjelasan di atas, maka kami menyimpulkan bahwa dalam menuntut ilmu tidak
boleh setengah – setengah, karena jika kita melakukannya dengan setengah hati,
maka hasil yang diperoleh pun tidak maksimal.
Dalam
Buku Tafsir Al Qurthubi yang diterbitkan oleh Pustaka Azzam, ayat ini memuat 2
masalah, yaitu :
Pertama : Firman Allah SWT, ï»—َﺎلَﻟَﻪُﻣُï»®۟ﺳَﻰﻫَﻞ۟Ø£َﺗَّﺒِﻌُﻚ “Musa berkata kepada Khidhir, ‘Bolehkah aku
mengikutimu?’.” Ini adalah pernyataan / permintaan yang lembut dan halus
namun mengandung arti yang sangat dalam lagi beretika luhur. Maknanya: Apakah
engkau rela dan tidak keberatan.[13]
Sedangkan
dalam Tafsir Al – Mishbah karangan M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa ucapan
Nabi Musa as. ini sungguh sangat halus. Beliau tidak menuntut untuk diajar
tetapi permintaannya diajukan dalam bentuk pertanyaan, “Bolehkah aku mengikutimu?”. Selanjutnya beliau menamai pengajaran
yang diharapkannya itu sebagai ikutan
yakni beliau menjadikan diri beliau sebagai pengikut dan pelajar. Beliau juga
menggarisbawahi kegunaan pengajaran itu untuk dirinya secara pribadi yakni untuk menjadi petunjuk baginya. Di sisis
lain, beliau mengisyaratkan keluasan ilmu hamba yang saleh itu ssehngga Nabi
Musa as. hanya mengharap kiranya dia mengajarkan sebagian dari apa yang telah diajarkan kepadanya.[14]
Kita
dapat menyimpulkan dari 2 sumber di atas bahwa Nabi Musa as. adalah orang yang
sangat halus dan sopan. Ia tidak memaksakan kehendaknya begitu saja kepada
hamba Allah itu, tetapi ia memintanya dengan sopan dan bertanya “Bolehkah aku
mengikutimu?”.
Kedua : Ayat ini menunjukkan,
bahwa murid mengikuti guru walaupun tingkatnya terpaut jauh, dan dalam kasus
belajarnya Musa kepada Khidhir tidak ada hal yang menunjukkan bahwa Khidhir
lebih mulia daripada Musa, karena adakalanya orang yang lebih mulia tidak
mengetahui hal yang diketahui oleh orang yang tidak lebih mulia, sebab
kemuliaan itu adalah bagi yang dimuliakan Allah.[15]
Hal
ini menerangkan kepada kita bahwa orang yang berilmu belum tentu lebih mulia
daripada kita yang ilmunya masih kurang. Tetapi kita tetap diwajibkan untuk
menuntut ilmu, walaupun orang itu belum tentu lebih mulia dari kita, karena
sebenarnya tidak ada yang mengetahui kemuliaan seseorang selain Allah SWT.
c. Nilai Pendidikan
Pada
ayat ini, kita dapat mengambil beberapa nila-nilai pendidikan, yaitu:
1.
Pendidikan bukan hanya
dari orang tua kita, tetapi juga orang lain, seperti guru, dosen, pelatih,
teman dan masyarakat. Seperti dalam surat diatas yang mencontohkan bagaimana
Nabi Musa belajar kepada Khaidir.
2.
Saat berbicara atau
berlaku terhadap seorang pendidik haruslah menghormati dan bersikap sopan
kepadanya.
3.
Menganggap bahwa pendidik
lebih tahu dari pada diri kita.
4.
Belajarlah dengan
sungguh-sungguh, maka kita akan berhasil.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kita dapat menyimpulkan dari pembahasan di depan bahwa di dalam
Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang mengandung makna pendidikan, terutama subjek
pendidikan. Beberapa simpulan yang dapat kita ambil, yaitu:
1.
QS. Ar- Rahman : 1-4
menjelaskan bahwa Allah adalah subjek pendidikan yang mengajarkan ilmu
pengetahuan kepada umat manusia. Ayat ini mengajarkan kita untuk menjadi
seorang pendidik yang profesional, yaitu menstranfer semua ilmu yang ada hingga
objek pendidikan paham dan pandai.
2.
QS. An- Najm : 5-6
menjelaskan bahwa malaikat Jibril adalah subjek pendidikan. Ayat tersebut
menjelaskan ciri-ciri seorang pendidik yang berkompeten, tidak hanya baik dalam
hal penguasaan materi tapi juga sikap dan penampilan.
3.
QS. An- Nahl : 41-43
memerintah kita untuk bertanya kepada orang yang lebih tahu. Kita juga
diajarkan untuk bersabar dalam pendidikan, baik dalam proses menuntut ilmu
maupun mengajarkan ilmu kita.
4.
QS. Al- Kahfi : 66
menjelaskan kepada kita bahwa Nabi Khidir adalah subjek pendidikan. Kita
dianjurkan untuk berlaku sopan kepada guru. Kita juga diperintahkan untuk
mencari ilmu tidak hanya di sekolah, tapi
dimanapun.
Sungguh sempurna kitab Allah, Al-Qur’an, yang telah diturunkan
kepada Nabi Muhammad. Sehingga kita dapat membenahi diri agar apa yang kita
lakukan sesuai dengan petunjuk Allah, terutama dalam bidang belajar mengajar. Seseorang
memahami suatu ilmu tergantung kepada siapa yang mengajarkan. Oleh karena itu, kita
sebagai calon pendidik harus dengan
seksama memahami makna Al-Qur’an, agar semua yang kita ajarkan sejalan dengan
isi dan kandungan ayat Al-Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qurthubi, Syaikh Imam. 2009. Tafsir Al Qurthubi. Jakarta: Pustaka Azzam.
Al-Qurthubi , Syaikh Imam. 2008.
Tafsir Al Qurthubi. Jakarta : Pustaka
Azzam.
Ar-Rifa’i,
Syekh Usamah . 2008. Tafsirul Wajiz. Jakarta : Gema Insani.
Muhammad,
Abu Ja’far bin Jarir Ath-Thabari.
2009. Tafsir Ath-Thabari. Jakarta : Pustaka Azzam.
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbah pesan, kesan dan keserasian Al-Quran. Jakarta :
Lentera Hati.
http://pandidikan
.blogspot.com/2010/04/ayat-tentang-subjek-pendidikan.html?m=1 (diakses 09
Oktober 2012, 06:58)
http://hamdillahversache.blogspot.com/2011/10/kumpulan-tafsir-tarbawi.html?m=1 (diakses
09 Oktober 2012, 07:09)
http://novriyaldi.multiply.com/journal/item/2/SUBJEKPENDIDIKAN?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
(diakses 26 oktober, 21.00)
[1]http://novriyaldi.multiply.com/journal/item/2/SUBJEKPENDIDIKAN?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
(diakses 26 oktober, 21.00)
[3]
Syaikh Imam Al Qurthubi, Tafsir Al
Qurtubi, (Jakarta : Pustaka azzam, 2009), hal. 516-517
[4]
(Qs. Al-Qamar[54]:17).
[5]
Syaikh Imam Al Qurthubi, op.cit., hal. 516-517
[6] http://pandidikan
.blogspot.com/2010/04/ayat-tentang-subjek-pendidikan.html?m=1 (diakses 09
Oktober 2012, 06:58)
[7] http://hamdillahversache.blogspot.com/2011/10/kumpulan-tafsir-tarbawi.html?m=1 (diakses 09 Oktober 2012, 07:09)
[8]
Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari,Tafsir
Ath-Thabari,(Jakarta:Pustaka Azzam, 2009), hal.111
[9]
Syekh Usamah Ar-Rifa’i, Tafsirul Wajiz,(Jakarta:Gema Insani,2008), hal.272
[10]
QS. Yunus, [10]:93
[11]
Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, op.cit., hal.116
[12]
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: pesan,
kesan dan keserasian Al-Quran, (Jakarta : Lentera Hati, 2002), hal. 98
[13]
Syaikh Imam Al Qurthubi, Tafsir Al
Qurthubi, (Jakarta : Pustaka Azzam, 2008),
hal. 46
[14]
M. Quraish Shihab, op.cit., hal. 98
[15]
Syaikh Imam Al Qurtubhi, op.cit., hal. 46
2 komentar:
makasih
ma sama ^-^
Posting Komentar