Kelompok 9
TEORI BELAJAR
HUMANISTIK
(ABRAHAM MASLOW)
Mata Kuliah : Psikologi
Belajar
Disusun
oleh :
M. ARROFI RAHMAN 1101120671
MULYANI 1101120672
MUTIAH 1101120673
Dosen : Mariyah
Kibtiyah, M.Si
SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI BAHASA
INGGRIS
2014
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. atas berkah, rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah
Psikologi Belajar yang berjudul “Teori Belajar Humanistik (Abraham Maslow)” ini
dengan baik. Shalawat serta salam tak lupa kami haturkan kepada Nabi Muhammad
SAW. yang menuntun umat dari alam gelap gulita menuju alam terang benderang.
Penyusun sangat berterima kasih
kepada Dosen Pembimbing mata kuliah ini, karena telah mempercayakan makalah ini
sehingga dapat menambah pengetahuan kami dalam hal teori belajar humanistik. Adapun isi dari makalah yang penyusun buat ini dikutip
dari beberapa buku ataupun juga situs-situs internet yang berhubungan
dengan pembahasan materi makalah ini. Namun,
penyusun sangat menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan.
Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
guna memperbaiki dan meningkatkan kualitas dari makalah ini. Mudah-mudahan
makalah ini dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum, Wr.Wb
Palangka Raya, Maret 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR
|
||
DAFTAR ISI
|
||
BAB I
|
PENDAHULUAN…………………………………………………
|
3
|
A.
LATAR
BELAKANG………….……………….................
B.
RUMUSAN MASALAH………….…….............................
C.
TUJUAN PENULISAN…………….……………...............
|
3
3
3
|
|
BAB II
|
PEMBAHASAN…………………………………………………...
|
4
|
A.
PENGERTIAN ALIRAN DAN TOKOHNYA…….............
B.
TOKOH HUMANISTIK ABRAHAM MASLOW………...
C.
TEORI
HUMANISTIK MASLOW......................................
D.
HUKUM ALIRAN
DAN PENERAPANNYA.....................
E.
KELEBIHAN
DAN KEKURANGAN.................................
|
4
5
6
7
8
|
|
BAB III
|
PENUTUP…………………………………………………………
|
9
|
|
9
9
|
|
DAFTAR PUSTAKA
|
10
|
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori humanistik muncul pada pertengahan abad ke-20 sebagai reaksi
terhadap teori psikodinamik dan behavioristik. Para teoretikus humanistik, seperti
Carl Rogers (1902-1987) dan Abraham Maslow (1908-1970) meyakini bahwa tingkah
laku manusia tidak dapat dijelaskan sebagai hasil dari konflik-konflik yang
tidak disadari maupun sebagai hasil pengondisian (conditioning) yang sederhana.
Teori ini menyiratkan penolakan terhadap pendapat bahwa tingkah laku manusia
semata-mata ditentukan oleh faktor di luar dirinya. Sebaliknya, teori ini
melihat manusia sebagai aktor dalam drama kehidupan, bukan reaktor terhadap
instink atau tekanan lingkungan. Teori ini berfokus pada pentingnya pengalaman
disadari yang bersifat subjektif dan self-direction.[1] Menyikapi hal tersebut,
penyusun mengambil judul “Teori Belajar Humanistik (Abraham Maslow)” yang akan
dibahas lebih detail pada bab selanjutnya.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, adalah:
1.
Apa pengertian aliran humanistik?
2.
Siapakah tokoh-tokoh aliran humanistik?
3.
Bagaimanakah teori humanistik Maslow?
4.
Bagaimanakah hukum aliran tersebut dan
penerapannya?
5.
Apa saja kelebihan dan kekurangan dari
aliran tersebut?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan
penulisan makalah ini adalah :
1. Memenuhi
tugas mata kuliah Psikologi Belajar.
2. Memberikan
referensi dan pengetahuan bagi penyusun dan pembaca tentang teori belajar
humanistik (Abraham Maslow).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Aliran dan Tokohnya
Psikologi humanistik berusaha memahami tingkah laku
individu dari sudut pandang pelaku, bukan dari pengamat. Menurut aliran ini
tingkah laku individu ditentukan oleh individu itu sendiri.[2]
Ada beberapa tokoh yang menonjol
dalam aliran humanistik, seperti:
1.
Combs
Menurut Combs,
apabila seorang guru mengeluh bahwa siswanya tidak mempunyai
motivasi untuk melakukan sesuatu, ini sesungguhnya
berarti bahwa siswa itu tidak mempunyai motivasi untuk melakukan sesuatu yang
dikehendaki oleh guru itu.
2.
Maslow
Teori ini
didasarkan atas asumsi bahwa di dalam diri kita ada dua hal, yaitu:
a.
suatu usaha yang
positif untuk berkembang, dan
b.
kekuatan untuk
melawan atau menolak perkembangan itu.
3.
Rogers
Dalam bukunya
Freedom to Learn, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip belajar
humanistik yanng penting, di antaranya ialah:
a.
Manusia itu
mempunyai kemampuan untuk belajar secara alami.
b.
Belajar yang
signifikan terjadi apabila subject matter dirasakan murid mempunyai relevansi
dengan maksud-maksudnya sendiri.
c.
Belajar yang
menyangkut suatu perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri dianggap
mengancam dan cenderung untuk menolaknya.
d.
Tugas-tugas belajar
yang mengancam diri adalah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila
ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
e.
Apabila ancaman
terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara
yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
f.
Belajar yang
bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
g.
Belajar diperlancar
bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggungjawab
terhadap proses belajar tersebut.
h.
Belajar atas
inisiatif sendiri yanng melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun
intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.[3]
B. Tokoh
Humanistik Abraham Maslow
Abraham Harold Maslow dilahirkan di
Brooklyn, New York, pada tanggal 1 April 1908. Maslow dibesarkan dalam keluarga
Yahudi Rusia dengan orangtua yang tidak mengenyam pendidikan tinggi. Pada masa
kecilnya, ia dikenal sebagai anak yang kurang berkembang dibanding anak lain
sebayanya. Ia mengatakan bahwa dirinya adalah seorang anak Yahudi yang tumbuh
dalam lingkungan yang mayoritas dihuni oleh non Yahudi.
Ia merasa terisolasi dan tidak bahagia pada
masa itu. Ia bertumbuh di perpustakaan di antara buku-buku. Ia
awalnya berkuliah hukum, namun pada akhirnya, ia memilih untuk mempelajari
psikologi dan lulus dari Universitas Wisconsin. Pada saat ia berkuliah, ia
menikah dengan sepupunya yang bernama Bertha pada bulan desember 1928 dan
bertemu dengan mentor utamanya yaitu profesor Harry Harlow. Ia memperoleh gelar
bachelor pada 1930, master pada 1931, dan Ph.D pada 1934. Maslow
kemudian memperdalam riset dan studinya di Universitas Columbia dan masih
mendalami subjek yang sama. Di sana ia bertemu dengan mentornya yang lain yaitu
Alfred Adler, salah satu kolega awal dari Sigmund Freud.
Pada tahun 1937-1951, Maslow memperdalam
ilmunya di Brooklyn College. Di New York, ia bertemu dengan dua mentor lainnya
yaitu Ruth Benedict seorang antropologis, dan Max Wertheimer seorang Gestalt
psikolog, yang ia kagumi secara profesional maupun personal. Kedua orang inilah
yang kemudian menjadi perhatian Maslow dalam mendalami perilaku manusia,
kesehatan mental, dan potensi manusia. Ia menulis dalam subjek-subjek ini
dengan mendalam. Tulisannya banyak meminjam dari gagasan-gagasan psikologi,
namun dengan pengembangan yang signifikan. Penambahan tersebut khususnya
mencakup hirarki kebutuhan, berbagai macam kebutuhan, aktualisasi diri seseorang,
dan puncak dari pengalaman. Maslow menjadi pelopor aliran humanistik psikologi
yang terbentuk pada sekitar tahun 1950 hingga 1960-an. Pada masa ini, ia
dikenal sebagai "kekuatan ke tiga" di samping teori Freud dan
behaviorisme.
Maslow menjadi profesor di Universitas
Brandeis dari 1951 hingga 1969, dan menjabat ketua departemen psikologi di sana
selama 10 tahun. Di sinilah ia bertemu dengan Kurt Goldstein (yang
memperkenalkan ide aktualisasi diri kepadanya) dan mulai menulis karya-karyanya
sendiri. Di sini ia juga mulai mengembangkan konsep psikologi humanistik.
Ia menghabiskan masa pensiunnya di
California, sampai akhirnya ia meninggal karena serangan jantung pada 8 Juni
1970. Kemudian, Pada tahun 1967, Asosiasi Humanis Amerika menganugerahkan gelar
Humanist of the Year.[4]
C. Teori Humanistik Maslow
Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor
aliran psikologi humanistik. Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk
memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal
sampai dengan hari ini adalah teori tentang Hierarchy of Needs atau Hirarki
Kebutuhan.
Maslow
menggunakan piramida sebagai peraga untuk memvisualisasi gagasannya mengenai
teori hirarki kebutuhan. Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan
atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai
yang paling tinggi (aktualisasi diri). Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah
sebagai berikut :
1.
Kebutuhan fisiologis
atau dasar
2.
Kebutuhan akan rasa
aman
3.
Kebutuhan untuk
dicintai dan disayangi
4.
Kebutuhan untuk
dihargai
5.
Kebutuhan untuk
aktualisasi diri[5]
Menurut Maslow
dalam diri manusia terdapat dua hal, yaitu:
1.
Suatu usaha yang
positif untuk berkembang, dan
2.
Kekuatan untuk
menolak atau melawan perkembangan.
Manusia
mempunyai beberapa kebutuhan, yaitu:
1.
Fisiologis
2.
Rasa aman
3.
Memperoleh kasih
sayang
4.
Memperoleh
penghargaan
5.
Aktualisasi diri
6.
Mengetahui dan
mengerti
7.
Estetis
Dari tujuh kebutuhan inilah yang mendorong individu
melakukan perbuatan belajar.[6]
D.
Hukum Aliran
dan Penerapannya
Para teoritikus humanistik mempertahankan bahwa manusia
memiliki kecenderungan bawaan untuk melakukan self-actualization untuk berjuang
menjadi apa yanng mereka mampu. Setiap manusia memiliki serangkaian perangai
dan bakat-bakat yang mendasari perasaan dan kebutuhan individual serta
memberikan perspektif yang unik dalam hidup kita. Meskipun pada akhirnya setiap
manusia akan mati, tetapi masing-masinng dapat mengisi kehidupan dengan penuh
arti dan bertujuan apabila kita mengenali dan menerima kebutuhan dan perasaan
terdalam kita. Kita hidup secara autentik. Kesadaran diri terhadap
perasaan-perasaan autentik dan pengalaman subjektif dapat membantu kita untuk
membuat pilihan-pilihan yang lebih bermakna.
Jadi, dalam teori humanistik, manusia digambarkan secara
optimistik dan penuh harapan. Di dalam diri manusia terdapat potensi-potensi
untuk menjadi sehat dan tumbuh secara kreatif. Manusia digambarkan sebagai
individu yang aktif, bertanggungjawab, mempunyai potensi kreatif, bebas,
berorientasi ke depan, dan selalu berusaha untuk self-fulfillment. Kegagalan
dalam mewujudkan potensi-potensi ini lebih disebabkan oleh pengaruh yang
bersifat menjerat dan keliru dari pendidikan dan latihan yang diberikan oleh
orang tua serta pengaruh-pengaruh sosial lainnya.[7]
Pendekatan
humanistik dapat dipahami sebagai berikut:
1.
Siswa akan maju
menurut iramanya sendiri dengan suatu perangkat materi yang sudah ditentukan
lebih dulu untuk mencapai suatu perangkat tujuan yang telah ditentukan pula dan
para siswa bebas menentukan cara mereka sendiri dalam mencapai tujuan mereka
sendiri.
2.
Pendidikan aliran
humanistik mempunyai perhatian yang murni dalam pengembangan anak-anak
perbedaan-perbedaan individual.
3.
Ada perhatian yang
kuat terhadap pertumbuhan pribadi dan perkembangan siswa secara individual.
Tekanan pada perkembangan secara individual dan hubungan-hubungan manusia ini
adalah suatu usaha untuk mengimbangi keadaan-keadaan baru yang selalu meningkat
yanng dijumpai oleh siswa, baik di dalam masyarakat bahkan mungkin juga di
rumah mereka sendiri.[8]
E. Kelebihan dan Kekurangan
1.
Kelebihan Teori Belajar Humanistik
·
Teori ini cocok untuk diterapkan dalam materi pembelajaran yang bersifat
pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap
fenomena sosial.
·
Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang
bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir,
perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
·
Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas tidak terikat oleh pendapat
orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa
mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika
yang berlaku.
2.
Kekurangan Teori Belajar Humanistik
·
Siswa yang tidak mau memahami potensi dirinya akan ketinggalan dalam
proses belajar.
·
Siswa tidak aktif dan malas belajar akan merugikan diri sendiri dalam
proses belajar.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Teori belajar
merupakan landasan terjadinya suatu proses belajar yang menuntun terbentuknya
kondisi untuk belajar. Teori belajar dapat didefenisikan sebagai integrasi
prinsip-prinsip yang menuntun di dalam merancang kondisi demi tercapainya
tujuan pendidikan. Teori Belajar Humanistik adalah suatu teori dalam
pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia serta peserta
didik mampu mengembangkan potensi dirinya.
- Saran
Demikianlah makalah ini kami susun, semoga
makalah ini bermanfaat bagi para pembaca. Dalam penulisan ini kami sadari masih
banyak kekurangan, saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan untuk
menyempurnakan makalah kami ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Supriyono, Widodo. 2008. Psikologi Belajar.
ed.revisi. Jakarta: PT Rineka Cipta
Desmita. 2011. Psikologi
Perkembangan Peserta Didik. cet. ke-3. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Mustaqim. 2008. Psikologi Pendidikan. cet. ke-4. Semarang: Pustaka
Pelajar
Wikipedia. Abraham Maslow. URL: http://id.wikipedia.org/wiki/Abraham_Maslow
(diakses 27 Mei 2014)
[1] Desmita,
Psikologi Perkembangan Peserta Didik, cet.ke-3, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011, hal.45
[4] Wikipedia, Abraham Maslow, URL: http://id.wikipedia.org/wiki/Abraham_Maslow
(diakses 27 Mei 2014)
[5] Ibid.
[8] Abu Ahmadi, dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar,
ed.revisi, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008, hal. 240
1 komentar:
Terimakasih akan bermanfaat makalah ini buat tugas.
My blog
Posting Komentar